Berharap Berkah dari Pengampunan Pajak

Image result for tax amnesty bursa saham

Kinerja penjualan emiten sektor perdagangan ritel diperkirakan akan terus naik hingga akhir tahun ini. Pemicunya adalah sentiment positif dari kebijakan pemerintah yang salah satunya adalah pengampunan pajak.

Kinerja saham yang tergabung di sektor perdagangan ritel memang tumbuh lebih rendah dibanding pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Meski begitu, emiten saham ini masih dapat berpotensi naik di paruh kedua tahun ini. Sebab, ditopang faktor makroekonomi dan indeks kepercayaan konsumen yang angkanya terus membaik. Mari simak ulasannya!

Sampai penutupan perdagangan saham per senin (8/8) lalu, saham sektor perdagangan ritel berada di angka 891,654 atau tumbuh 4,95% dari awal tahun atau year to date (ytd). Sedangkan IHSG berada di level 5.458,97 atau tumbuh 14% ytd. Bobot sektor saham ini tidak terlalu besar ketimbang sektor saham lainnya.

Sektor perdagangan ritel hanya menyumbang 16,33% dibanding total kapitalisasi pasar IHSG. Berbeda jauh dibanding saham sektor barang konsumsi yang porsinya mencapai 45%. Padahal jika dilihat dari jumlah emitennya, sektor perdagangan ritel menyumbang 120 emiten atau sebesar 22,6% dari total emiten yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebanyak 529 emiten.

Walaupun saham sektor perdagangan ritel mencatatkan pertumbuhan hampir 5% tapi angka itu menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Pasalnya saham jenis ini di awal tahun lalu angka pertumbuhannya di atas 20%. Frederik Rasali, analis Minna Padi Investama,  menyebutkan, penyebabnya adalah daya beli belum meningkat walau sentimen konsumen terus naik jika merujuk survei konsumen Bank Indonesia (BI).

Sebelumnya, BI merilis survei konsumen pada Juli lalu yang mencatat indeks keyakinan konsumen (IKK) 114,2 lebih tinggi dari 113,7 pada bulan sebelumnya. Ini mengindikasikan adanya optimisme konsumen pada periode tersebut. Maklum, angka di atas 100 pada survei menunjukkan ekspansi pengeluaran.

Perihal pertumbuhan saham sektor ini yang kurang dari 5%, Frederik menjelaskan, penyababnya adalah kondisi ekonomi yang mengalami kontraksi, sehingga laju bisnis stagnan. Hal itu berimbas pada minimnya pendapatan yang dicatatkan perusahaan. Akibatnya, pengusaha hati-hati memberikan kompensasi kepada karyawan plus penyerapan tenaga kerja menjadi terhambat pada semester I-2016. “Faktor ini yang membuat daya beli masyarakat tidak meningkat,” terang Frederik.

Ada peluang

Kendati daya beli masyarakat masih terbatas, Direktur Investasi Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana menilai, kinerja emiten sektor perdagangan ritel sampai akhir tahun ini masih terus berpeluang naik. Pemantiknya antara lain sentimen positif atas aliran dana investor asing yang membukukan aksi beli bersih (nett buy) yang terus membesar sejak pemerintah mengumumkan program pengampunan pajak.

Selain faktor nett buy asing di bursa, laporan keuangan dari emiten sektor perdagangan hasilnya juga menggembirakan. Bahkan ada beberapa emiten yang laba bersihnya melonjak tinggi di semster I-2016. Misalnya PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk, yang mencatatkan kenaikan laba bersih hingga 189% atau menjadi Rp 254,1 miliar. Kemudian, PT Matahari Department Store Tbk, yang laba bersihnya naik 78,8% menjadi Rp 1,16 triliun. “Saham-saham ini yang paling diburu investor,” tutur Jemmy.

Frederik memaparkan, beberapa faktor lain dapat memberikan sentimen positif ke sektor saham perdagangan ritel, seperti rencana BI memberlakukan suku bunga acuan baru, yakni BI 7day reverse repo rate per 19 Agustus mendatang. Suku bunga acuan baru ini akan menggantikan BI rate yang selama ini digunakan.

Nah, penerapan suku bunga baru ini diharapkan lebih cepat direspons dengan penurunan suku bunga di perbankan. “Ini akan memudahkan bagi konsumen dalam pengeluaran, sehingga akan mendorong kinerja emiten ritel,” ungkap Frederik.

Untuk lebih jelasnya prospek saham-saham perdagangan ritel, berikut ulasan dan proyeksi beberapa saham sektor ini :

LPPF

PT Matahari Departement Store mencatatkan kinerja yang cemerlang. Emiten bagian dari Lippo Group ini membukukan penjualan Rp 9,03 triliun di semester I-2016, tumbuh 31,4% atau lebih tinggi ketimbang periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 6,87 triliun. Hasil tersebut diikuti dengan kenaikan laba bersih menjadi Rp 1,15 triliun pada semester I-2016 atau tumbuh 78,6% dibanding tahun lalu sebesar Rp 648 miliar.

Emiten ini merupakan pemegang nilai kapitalisasi pasar terbesar kedua di sektor perdagangan dengan nilai sebesar Rp 60,77 triliun. Wakil Presiden Direktur LPPF Michael Remsen mengatakan, kenaikan tersebut ditunjang dengan kenaikan same store sales growth (SSSG) yang kuat sebesar 27,1% di semester awal 2016. “Kami optimistis ada perbaikan makroekonomi di semester II-2016,” ujar Remsen.

Frederik bilang, LPPF masih memiliki potensi besar lagi apabila bersinergi dengan Mataharimall.com karena mengempit 10,3% saham perusahaan e-commerce itu. LPPF dan Mataharimall.com memiliki segmen pasar yang mirip yakni menengah ke atas di mana pasar tersebut sangat aktif berbelanja online. “Sehingga penjualan online to offline yang dilakukan MatahariMall dapat membantu penjualan LPPF,” ujar Frederik.

Atas kondisi itu, dia merekomendasikan TAHAN untuk saham LPPF dengan pertimbangan harga saham saat ini sudah mencerminkan harga wajar. Adapun kemungkinan kinerja terus membaik di kuartal III 2016, saham ini akan kembali menarik lagi. Frederik menargetkan harga LPPF Rp 22.000 per saham hingga kuartal III-2016. Sedangkan harga saham LPPF pada penutupan hari Selasa (9/8) sebesar Rp 20.700.

Meski mencetak pertumbuhan yang tinggi, Marlene menilai, pencapaian laba bersih LPPF di bawah ekspektasi sebelumnya, yakni 46% dari proyeksi laba bersih sampai akhir tahun 2016. Ini disebabkan kenaikan penjualan LPPF selama momentum Lebaran yang hanya naik 1,5% year on year (yoy).

Di sisi lain, LPPF memiliki sentimen positif lain yang lebih baik, yakni manajemen modal kerja yang lebih hati-hati dalam membuka gerai baru, yakni hanya membuka 6-8 gerai baru dengan target SSSG tetap berada di level 7,5%. Marlene juga masih mempertahankan margin laba operasional LPPF di angka 27% sesuai dengan target konversi lampu di gerai Matahari menggunakan lampu berbasis LED untuk 77 gerai di tahun ini.

Marlene pun memproyeksikan pendapatan LPPF sampai akhir tahun 2016 sebesar Rp 10,73 triliun, laba bersih Rp 2,53 triliun dengan earning per share (EPS) Rp 870. Dia merekomendasikan tahan untuk saham LPPF dengan target harga Rp 23.150 dengan potensi kenaikan hingga 10,5% dari penutupan harga saham LPPF pada Selasa (9/8) sebesar Rp 20.700.

RALS

Penjualan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) di semester I-2016 sebesar Rp 4,36 triliun atau naik 29,67% dibanding realisasi penjualan pada periode yang sama tahun lalu Rp 3,44 triliun. Kenaikan penjualan ini diikuti kenaikan laba bersih 189% menjadi Rp 254,1 miliar. Hasil baik ini telah terlepas dari momen Lebaran. Sekretaris Perusahaan RALS Setiadi Surya mengakui, penjualan yang paling ramai terjadi pada kuartal II (April-Juni 2016). Pada masa tersebut, RALS berhasil mencetak penjualan sebesar Rp 2,88 triliun atau setara dengan 34,6% dari target penjualan tahun 2016 sebesar Rp 8,31 triliun.

Analis Samuel Sekuritas Marlene Tanumihardja menilai, terlepas dari faktor tersebut, masih ada sentimen positif lainnya yang ada di RALS, mulai dari perbaikan struktural pada bisnis pakaian dengan mengubah fashion style menjadi lebih modern dan trendi. RALS juga menggandeng artis papan atas Indonesia, seperti Raffi Ahmad. Kemudian konversi bisnis supermarket menjadi SPAR dengan tampilan menarik turut mendongkrak kinerja RALS. Selain itu, RALS mulai menggunakan media sosial sebagai sarana pemasaran.

Dengan positifnya kinerja fundamental hingga paruh pertama 2016, Samuel Sekuritas merevisi angka estimasi SSSG dan pertumbuhan pendapatan sampai akhir tahun 2016. “SSSG menjadi 5% dari sebelumnya 1% dan pertumbuhan pendapatan revisi menjadi 7,9% dari sebelumnya hanya 3,5% year on year,” ungkap Marlene.

Dia memproyeksikan penjualan RALS di akhir tahun 2016 sebesar Rp 5,97 triliun atau tumbuh 7,9% dari pencapaian penjualan akhir tahun 2015 sebesar 5,53 triliun. Dari angka penjualan itu, diprediksi laba bersih RALS Rp 417 miliar atau tumbuh 24,4% dibanding pencapaian 2015 yang hanya Rp 335 miliar. Dengan berbagai katalis positif di atas dan juga kuatnya neraca keuangan perusahaan, Marlene merekomendasikan beli terhadap saham RALS dengan target Rp 1.420 per saham. Artinya, ada potensi kenaikan 20,8% dari penutupan harga saham pada Selasa (9/8) sebesar Rp 1.175.

Sedangkan Johanes Prasetia, analis BCA Sekuritas, merekomendasikan jual  untuk saham RALS. Pertimbangannya, harga saham ini sudah menanjak sekitar 70% selama tiga bulan terakhir. “Kami rekomendasikan jual karena telah melampaui target harga kami sebesar Rp 975,” jelas Johanes.

ACES

Sepanjang semester I-2016, PT ACE Hardware Indonesia Tbk (ACES) mencatatkan kenaikan penjualan Rp 2,33 triliun atau naik 5,28% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,22 triliun. Meski pendapatan ACES naik tipis, laba bersih perusahaan ini malah mengalami penurunan menjadi Rp 232,72 miliar, turun sekitar 4% dari tahun lalu yang mencatatkan laba bersih Rp 246,22 miliar.

Frederik menilai, laba bersih ACES turun akibat terbebani peningkatan biaya operasional dari tahun ke tahun sebesar 6%. Meski begitu, ACES termasuk perusahaan yang konsisten karena setiap tahun selalu melakukan ekspansi dengan membuka rata-rata 8 gerai baru dalam tiga tahun ke belakang. Saat ini, gerai ACES sebanyak 121 gerai. Frederik merekomendasikan jual saat menguat untuk saham ACES, karena harga saham saat ini sudah mencerminkan kinerja perusahaan. Tapi ketika saham ACES berada di harga Rp 800, ia merekomendasikan buyback.

Analis Philip Capital Muhamad Farhan bilang, penurunan laba bersih ACES dikarenakan anjloknya penjualan produk segmen mainan 9,22% menjadi Rp 56,51 miliar. Di sisi lain, beban usaha di kuartal II-2016 meningkat menjadi Rp 315,77 miliar dibanding kuartal pertama 2016 yang sebesar Rp 282,77 miliar. Meski begitu, Farhan melihat ACES pada akhir tahun ini sebesar Rp 5,16 triliun dengan laba bersih RP 625 miliar. Ia merekomendasikan JUAL untuk saham ACES, karena sudah berada di atas target harga sebesar Rp 800. Pada penutupan perdagangan saham Selasa (9/8), saham ACES berada di harga Rp 960.

MAPI

PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) mencetak pendapatan bersih Rp 6,7 triliun atau naik 9% ketimbang periode yang sama tahun lalu Rp 6,1 triliun. Kenaikan tersebut diikuti dengan kenaikan laba usaha sebesar 82% dari Rp 190 miliar menjadi Rp 345 miliar, dan kenaikan laba bersih sebesar 78% menjadi Rp 46 miliar dari laba bersih semester I-2016 sebesar Rp 26 miliar.

Sekretaris Perusahaan MAPI Fetty Kwartati menjelaskan, kenaikan penjualan dipengaruhi tingkat belanja yang tinggi selama bulan puasa kemarin. Kinerja positif ini merupakan hasil investasi dari membangun e-commerce Mapemall.com. “Kini mulai terlihat hasilnya lebih baik dari aspek produktivitas, efisiensi dan margin keuntungan,” ungkap Fetty.

Andre Suntono dan Suria Dharma, analis Buana Capital, menilai, prospek saham MAPI di semester II-2016 akan lebih baik lagi. Maklum, ada beberapa sentimen positif, seperti program pengampunan pajak yang bisa berefek pada masuknya dana besar ke Indonesia. Masuknya dana asing ini akan membawa stabilitas nilai tukar rupiah yang akan menguntungkan MAPI karena banyak impor barang.

Faktor lainnya adalah manajemen MAPI dapat mengontrol beban bunga yang lebih rendah. Artinya, profitabilitas yang baik bagi perusahaan. Saat ini, manajemen MAPI sedang melakukan restrukturisasi bisnis dengan mendirikan PT MAP Boga Adiperkasa (MBA) yang ditunjukkan sebagai perusahaan sub-holding untuk bisnis food and beverages.

Dengan keadaan itu, Andre dan Suria memproyeksikan, MAPI dapat mencetak pendapatan Rp 14,15 triliun pada akhir tahun ini dengan prediksi laba bersih Rp 191 miliar. Mereka berdua merekomendasikan beli saham MAPI dengan target harga Rp 4.800.

Frederik juga berpendapat yang sama, bahwa restrukturisasi divisi food and beverages akan berdampak positif bagi kinerja MAPI ke depan. Untuk restrukturisasi, manajemen perusahaan telah menyiapkan dana belanja modal Rp 600 miliar. Selain itu, MAPI akan menambah dan merelokasi gerai kopi Starbucks dengna total tambahan gerai baru sebanyak 100 lokasi. Frederik merekomendasikan beli  saham MAPI dengan target harga Rp 5.800 di akhir tahun.

Sumber  : Tabloid Kontan 29 Agustus – 2 September 2016

Penulis : Oginawa R. Prayogo

http://www.pengampunanpajak.com

info@pengampunanpajak.com



Kategori:Pengampunan Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar