JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2016 yang sebesar 5,18% year on year di luar dugaan banyak pihak. Pertumbuhan ekonomi tersebut lebih tinggi dari perkiraan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, pertumbuhan ekonomi kuartal II tersebut lebih tinggi dibanding kuartal I yang 4,92%, dan juga lebih tinggi jika dibanding kuartal II 2015 yang 4,66%. Beberapa pendorong pertumbuhan ekonomi ialah kenaikan harga komoditas, terkendalinya inflasi, dan penurunan BI rate. Begitu pun dengan realisasi belanja pemerintah yang naik menjadi Rp 474,28 triliun.
Realisasi investasi asing dan investasi lokal pada kuartal II-2016 juga naik 3,5% dibanding kuartal sebelumnya dan naik 12,3% dari tahun lalu. “Selain itu, juga terjadi pergeseran panen raya,” kata Suryamin, Jumat (5/8).
Panen raya mundur dari Maret ke April akibat pergeseran cuaca, sehingga konsumsi masyarakat terakumulasi pada kuartal II. Pada saat bersamaan, belanja puasa dan Lebaran terjadi pada Juni-Juli. Bahkan uang belanja Lebaran itulah yang menyelamatkan ekonomi, bukan akibat perbaikan fundamental ekonomi Indonesia.
Mohammad Faisal, ekonom CORE Indonesia menilai pertumbuhan ekonomi kuartal II bukan disebabkan oleh membaiknya fundamental Indonesia. Sebab jika dilihat strukturnya, yang paling mendorong adalah konsumsi dan belanja pemerintah. “Suku bunga sudah turun tiga kali, tapi belum direspons sektor riil,” kata Faisal.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, pertumbuhan ekonomi kuartal II cukup didorong perbaikan ekspor. Ini terkonfirmasi dari harga beberapa komoditas mengalami kenaikan. Dengan realisasi pertumbuhan tersebut, Agus meyakini pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa berada di atas 5%.
Belum cukup
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui bahwa kondisi saat ini masih jauh dari harapan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi. Dalam hitungannya, untuk pulih atau mencapai pertumbuhan ekonomi 7%, dibutuhkan pertumbuhan investasi 21%.
Berdasarkan laporan BPS, pertumbuhan pembentukan modal domestik bruto (PMTB) atau investasi kuartal II tercatat hanya 5,06% (year on year). Angka tersebut lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya yang mencapai 5,57%. “Jadi kalau sekarang (investasi) cuma tumbuh 5% itu berarti masih jauh untuk bisa pulih,” ujar Sri.
Melambatnya pertumbuhan PMTB di kuartal kedua ini disebabkan investor belum yakin terhadap kondisi ekonomi. Menurut Sri Mulyani, meskipun suku bunga saat ini rendah setelah BI memangkasnya menjadi 6,5%, perbankan belum menyalurkan kreditnya. “Itu karena pengusahanya belum mau pinjam, dia lihat ekonominya belum pulih sekali. Kalau mau pinjam uang, dia harus confidence dulu bahwa ekonominya membaik sehingga investasinya akan kembali,” tandasnya.
Akibatnya, beberapa sektor usaha belum menunjukkan perbaikan dan kinerja ekspor impor masih negatif. Rencana pemerintah melakukan revisi postur anggaran menjadi sangat penting agar investor kembali yakin.
Sebab APBN merupakan instrumen pendorong ekonomi, bukan pemberat ekonomi. “APBN jangan menjadi sumber ketidakpastian, tetapi sumber kepastian. Dengan begitu, masyarakat dan pengusaha melihat pemerintah sudah jelas,” katanya.
Penulis :Adinda Ade Mustami, Hasyim Ashari
Sumber: KONTAN
http://www.pengampunanpajak.com
Kategori:Pengampunan Pajak
Tinggalkan Balasan