Menimbang prospek saham-saham konstruksi dan infrastruktur
Emiten kontruksi dan infrastruktur disebut-sebut akan merasakan dampak langsung kebijakan tax amnesty. Proyek-proyek akan berjalan karena bakalan dibiayai dana repatriasi hasil program tax amnesty.
Berjalannya program tax amnesty menjadi penanda naiknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama beberapa pekan terakhir ini. Membaiknya kepercayaan investor akan kondisi ekonomi dalam negeri memicu kenaikan indeks saham.
Bergulirnya program pengampunan pajak tersebut diharapkan bakal membawa masuk dana-dana orang Indonesia yang selama ini disimpan di luar negeri. Nah, banyak analis meyakini, sektor infrastruktur dan konstruksi bakal menjadi sektor yang mendapat dampak berdasarkan dari kebijakan pengampunan pajak ini.
Maklum saja, Pemerintah berharap bisa membiayai berbagai proyek infrastruktur dengan dana repatriasi yang masuk dari program tax amnesty ini. Asal tahu saja, masalah ketersediaan dana untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur selama ini jadi keraguan investor terhadap program pemerintah. Apalagi, Pemerintah sudah mencanangkan banyak proyek infrastruktur. Sementara di sisi lain, defisit di anggaran belanja juga cukup besar.
Kebijakan pengampunan pajak membuat adanya kepastian dana untuk menjalankan berbagai proyek. “Kalau mau bangun ini itu kemungkinan besar akan terealisasi. Optimisme terhadap situasi ekonomi Indonesia juga meningkat,” kata Liga Maradona, analis Recapital Securites.
Kementerian BUMN juga sudah meminta agar perusahaan pelat merah ikut memanfaatkan momentum tax amnesty ini. Pemerintah bahkan menyebut sejumlah perusahaan pelat merah sudah siap menampung dana repatriasi yang masuk.
Para badan usaha milik negara (BUMN) tersebut bakal menampung dana repatriasi lewat instrumen obligasi hingga penerbitan saham perdana. Harapannya, BUMN bisa menyerap dana repatriasi hingga Rp 200 triliun-Rp 300 triliun.
Proyek Jalan
Sejumlah perusahaan juga sudah bersiap menerbitkan instrumen yang bisa menampung tax amnesty. Missal PT Waskita Karya Tbk yang berencana menerbitkan obligasi sekitar Rp 10 triliun di tahun ini.
Liga mengatakan memang peluang perusahaan konstruksi dan infrastruktur dalam memanfaatkan dana pengampunan pajak lebih besar dibandingkan bidang lainnya. Apalagi pemerintahan kali ini banyak menyebut akan menggenjot proyek-proyek infrastruktur dan konstruksi.
Sentimen positif tersebut lantas membuat harga saham-saham sektor konstruksi dan infrastruktur melambung cukup tinggi. Sentimen tax amnesty membuat pelaku pasar memburu saham-saham konstruksi dan infrastruktur.
Ambil contoh saham Waskita Karya. Saham yang diperdagangkan dengan kode WSKT ini harganya naik sekitar 9,8% dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Sementara bila dihitung sejak awal tahun, harga saham WSKT sudah mencetak kenaikan sekitar 72,84%.
Saham perusahaan infrastruktur semacam PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) juga melesat tinggi. Sebulan terakhir, harga saham penyedia infrastruktur pipa gas ini naik sekitar 28,17%.
Kalau anda tak mau ketinggalan mencicip rezeki tax amnesty, simak rekomendasi analis atas beberapa saham infrastruktur dan konstruksi berikut ini. Siapa tahu cocok.
JSMR
Saham PT Jasa Marga Tbk mencatatkan pergerakan cukup baik selama setahun ini. Bila dihitung sejak awal tahun, harga saham yang ditransaksikan dengan kode JSMR ini tercatat naik 9,95%.
Jasa Marga memang rajin menggelarekspansi. Perusahaan pengelola jalan tol ini masih terus mengincar proyek-proyek jalan tol terbaru. Untuk mendukung pendanaan rencana penambahan proyek, Jasa Marga berencana menerbitkan saham baru senilai Rp 1,8 triliun.
Analis Mandiri Sekuritas Bob Setiadi dalam risetnya menghitung, Jasa Marga masih berpotensi membukukan pertumbuhan kinerja keuangan tahun ini. Pendapatan emiten ini berpotensi naik sekitar 15% menjadi Rp 4,56 miliar. Lalu laba bersih bisa naik sekitar 9,9% menjadi Rp 1,61 triliun.
Sedang Liga mempprediksi laba bersih Jasa Marga berpotensi naik menjadi Rp 1,64 triliun di tahun ini. Melihat potensi pertumbuhan tersebut, Liga merekomendasikan beli JSMR ditutup di harga Rp 5.525 per saham.
PGAS
Tahun ini pertumbuhan bisnis PGN tidak terlalu kinclong. Emiten yang memperjualbelikan sahamnya di bursa dengan kode PGAS ini terpaksa menurunkan target volume penjualan gas tahun ini lantaran ada penurunan permintaan. Perusahaan tersebut hanya menargetkan volume penjualan gas naik 2% dibandingkan tahun lalu. Sebelumnya, PGN menargetkan volume penjualan bisa naik 10% disbanding tahun sebelumnya.
Nusantara Suyono, Direktur Keuangan PGN, mengatakan, perlambatan volume penjualan mulai terlihat sejak kuartal pertama 2016. Ini karena PGN masih melakukan negosiasi kontrak penyediaan gas untuk kebutuhan Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Tahun lalu, PGN menyalurkan 1.591 juta kaki kubik perhari (mmscfd) gas, yang terdiri dari volume distribusi 802 mmscfd dan volume transmisi 789 mmscfd. Sedangkan pada kuartal pertama tahun ini, PGN sudah menyalurkan gas sebanyak 1.643 mmscfd, naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 1.567 mmscfd.
Rinciannya, volume gas ditribusi 797 mmscfd, naik tipis dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 796 mmscfd. Sedangkan volume trasmisi gas bumi mencapai 846 mmscfd naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni 771 mmscfd.
Liga mengatakan, dalam jangka panjang kinerja PGAS akan banyak terbantu dengan adanya kebijakan tax amnesty. Rencana pemerintah meningkatkan produksi gas sebagai energi ramah lingkungan akan membuat proyek infrastruktur gas semakin banyak.
Buktinya, pasca pengumuman tax amnesty, harga saham PGAS naik tajam. Pada 28 Juni lalu, harga PGAS masih Rp 2.320 per saham. Selasa lalu, harga PGAS sudah Rp 3.230 per saham, atau naik 39,22%. Sementara analis RHB OSK Norman Choong merekomendasikan beli PGAS dengan target harga Rp 3.500 per saham.
WSKT
Pada semester I 2016, laba bersih Waskita Karya melesat 241% menjadi Rp 586,27 miliar. Kenaikan ini seiring dengan kenaikan pendapatan hingga 102,9% menjadi Rp 8,08 triliun.
Waskita juga sukses mendapatkan kontrak baru sebesar Rp 40 triliun pada enam bulan pertama tahun ini. Kontrak baru yang didapatkan oleh Waskita didominasi proyek-proyek pengembangan jalan tol serta proyek pemerintah.
Analis Sinarmas Sekuritas Henny Indrawati dalam risetnya menyebutkan, Waskita merupakan emiten yang piawai menjaga margin bisnis. Margin kotor Waskita naik menjadi 17,8% dari sebelumnya 16,3%. Hal ini menjadikan Waskita sebagai salah satu perusahaan dengan margin tertinggi dibandingkan margin BUMN konstruksi lain.
Kinerja WSKT juga akan semakin terangkat dengan rencana penerbitan obligasi senilai Rp 10 triliun di tahun ini. Dana tersebut akan digunakan untuk mendanai proyek-proyek yang sedang digarap, yakni light rail transit (LRT) Palembang dan sejumlah ruas jalan tol. WSKT juga akan menggunakan dana obligasi untuk melunasi pinjaman perbankan yang bunganya lebih tinggi.
Juni lalu, Waskita sudah menerbitkan obligasi Rp 2 triliun berjangka waktu tiga tahun. Obligasi ini dipatok dengan bunga tetap 9,25% per tahun. Ini adalah bagian Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) dengan target dana Rp 5 triliun.
WSKT membutuhkan Rp 100 triliun untuk membangun proyek LRT Palembang dan 15 ruas jalan tol miliknya. Sebesar Rp 30 triliun dari dana itu akan di anggarkan dari ekuitas dan 70% dari pendanaan eksternal, baik berupa obligasi maupun pinjaman bank.
Henny merekomendasikan netral saham WSKT dengan target harga Rp 2.840 per saham. Pada perdagangan Selasa (9/8), saham WSKT ditutup di harga Rp 2.800 per saham.
WIKA
Wijaya Karya menjadi salah satu perusahaan pelat merah yang akan melakukan aksi penerbitan saham baru atau rights issue. Targetnya, dari hasil rights issue, emiten yang sahamnya ditransaksikan dengan kode WIKA ini akan mendapat dana Rp 850 miliar.
Dana ini akan digunakan unruk menggarap tiga proyek jalan tol yang sudah dipegang, yakni Soreang-Pasir Koja, Manado-Bitung dan Samarinda-Balikpapan. WIKA juga mengalokasikan Rp 2 triliun untuk mendanai poyek pembangkit listrik di Karangkates, Lahat, Jakarta dan Banten.
Wijaya Karya menargetkan proses rights issue rampung Oktober. Dengan tambahan modal yang diperoleh, emiten ini memprediksi pertumbuhan kinerja keuangannya bisa di atas 30% pada tahun depan.
Hingga pekan pertama Agustus, emiten konstruksi ini berhasil membukukan kontrak baru Rp 22,73 triliun. Jumlah ini setara 43,04% dari total target kontrak baru sepanjang tahun ini. Di akhir Agustus, WIKA menargetkan kontrak baru mencapai Rp 40 triliun.
Kepala Riset Buana Capital Suria Dharma menyebutkan saham WIKA memang cukup menarik, apalagi melihat kinerja semester satu yang kinclong.
Suriah memprediksi hingga akhir tahun ini Wijaya Karya bakal meraup pendapatan sebesar Rp 19,36 triliun. Sementara laba bersih naik sekitar 21% menjadi Rp 758 miliar.
Suria merekomendasikan beli saham WIKA. Sebelum ini, Suria memasang target harga Rp 3.300 per saham . “Namun mellihat kinerjanya di luar ekspetkasi kami akan menghitung ulang,” ujar Suria. Selasa lalu, saham WIKA ditutup di harga Rp 3.270 per saham.
Saham mana yang menjadi pilihan anda ?
Penulis : Lamgiat Siringoringo, Narita Indrastiti
Sumber : Tabloid KONTAN
http://www.pengampunanpajak.com
Kategori:Pengampunan Pajak
Tinggalkan Balasan