Tax amnesty perkuat saham konstruksi

JAKARTA. Tarik ulur kebijakan tax amnesty berakhir. Parlemen akhirnya mengesahkan Undang-Undang Pengampunan Pajak pada akhir Juni 2016. Efek tax amnesty pun merembet ke pasar modal.

Selama tiga hari berturut-turut, sejak Selasa (28/6) hingga Kamis (30/6), Indeks Harga Saham Gabungan melonjak 3,69%. Sepanjang tahun ini atau year-to-date (ytd), IHSG sudah menguat 8,24%. Investor asing terus merangsek masuk Bursa Efek Indonesia.

Dalam dua pekan terakhir, pemodal asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) Rp 7,36 triliun. Dana asing yang berpotensi masuk ke Tanah Air dari program pengampunan pajak diprediksi mencapai Rp 200 triliun.

Dari sini, pemerintah bisa mendorong sejumlah proyek, termasuk sektor infrastruktur. Alhasil, prospek emiten konstruksi berpotensi cerah.

Hans Kwee, Direkur Investa Saran Mandiri, menilai, emiten konstruksi diuntungkan dengan repatriasi dana yang masuk. Kecemasan akan kekurangan dana dan pembatalan anggaran tampaknya tidak akan terjadi.

“Dana itu akan mengalir ke sektor riil, baik lewat RDPT (reksadana penyertaan terbatas), perbankan, saham maupun obligasi,” kata dia.

Hans menilai sektor konstruksi terkait erat dengan properti dan infrastruktur. Hingga tengah tahun ini, bisnis properti dinilai belum bergerak. Selain itu, banyak proyek infrastruktur butuh dana besar.

“Dengan bergulirnya proyek infrastruktur, maka emiten konstruksi bisa bergerak,” kata dia.

Hans melihat emiten konstruksi BUMN, seperti WIKA, WSKT, ADHI, WTON dan PTPP akan menjadi perusahaan pertama yang terkena imbas dari bergulirnya proyek infrastruktur.

Sedangkan emiten konstruksi swasta seperti TOTL dan ACST ikut terkena efek dari dana yang masuk, namun porsinya lebih kecil dibandingkan perusahaan BUMN.

Analis Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo menilai, indeks konstruksi di BEI sudah menguat 12% dari Januari lalu, sehingga rawan terkoreksi dalam jangka menengah. Namun di lapangan, proyek infrastruktur sudah bergulir diikuti konstruksi.

“Oleh karena itu, perhatian pasar akan lebih dominan ke emiten BUMN daripada swasta,” ujar Lucky.

Kebijakan tax amnesty berpotensi mengerek emiten konstruksi. Namun, kata Lucky, jika realisasi dana repatriasi tidak sesuai target, maka hal ini bisa jadi sentimen negatif bagi bursa saham, khususnya emiten konstruksi.

Analis Minna Padi Investama Christian Saortua berpendapat, jalur masuknya dana repatriasi ke emiten konstruksi secara langsung adalah melalui instrumen saham atau obligasi. Caranya, emiten di sektor ini menggelar rights issue atau merilis obligasi.

Selain itu, dana bisa masuk dengan membeli saham sektor konstruksi. “Terakhir secara tidak langsung dari sektor properti,” ungkap Christian.

Dengan properti, maka akan menggenjot pembangunan di sektor riil. “Sektor konstruksi sebagai turunannya akan mendapat berkah dari menggeliatnya sektor properti,” kata Christian.

Selain itu, dana yang masuk dapat digunakan pemerintah membiayai infrastruktur. Hal ini bisa menjadi jaminan bagi sektor konstruksi tetap mendapatkan proyek baru. Pemerintah sedang mengerem belanja akibat membengkaknya defisit anggaran.

“Pengurangan alokasi anggaran di APBN 2016 paling tidak ditutupi oleh dana repatriasi,” tutur Christian. Christian pun menilai, untuk jangka pendek, emiten konstruksi BUMN lebih menarik ketimbang swasta. Memang, beberapa emiten swasta eksis di tender proyek pemerintah.

“Tapi emiten swasta lebih dominan di proyek gedung tinggi,” kata Christia

Sumber: kontan.co.id

Penulis: Eldo Christoffel Rafael

http://www.pengampunanpajak.com

info@pengampunanpajak.com

 



Kategori:Pengampunan Pajak

Tag:, , , , , , , ,

Tinggalkan komentar